Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar Tempat Tinggal

 

OUTPUT PRAKTIKUM KPKT

ACARA 5

Alfi Nur Fadhilah (18/427721/PN/15501)




Pagi sekitar dua bulan lalu, saya berkesempatan mengunjungi lahan Bapak Toni yang berukuran 14 meter X 100  meter. Kala itu Bapak Toni sedang menanam jagung kultivar bisi 18. Jarak tanam yang ia gunakan dalam menanam jagung ialah 70 cm X 80 cm. Saat itu jagung Bapak toni berumur 100 hst. Tanaman tersebut hampir memasuki masa panen dengan masa paanen 125 hst.

Bapak Toni menggunakan sistem tanpa olah tanah (TOT) atau zero tillage. Bapak Toni menuturkan kekurangan penggunaan sistem zero tillage ialah tanah mudah terserang hama uret/Lundi leucopholis rorida, selain itu pada sistem TOT ada kemungkinan tanah telah ditumbuhi gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Wijayatmoko, 2019). Sedangkan kelebihannya ialah menghemat biaya dan tenaga kerja . Pupuk yang digunakan Bapak Toni ialah pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk anorganik berupa pupuk NPK dan phonska. Pola tanam yang diterapkan Bapak Toni ialah pola rotasi tanam. Pada musim tanam pertama ditanami jagung lalu masa tanam kedua ditanami cabai dan masa tanam ketiga ditanami tanaman sayur.

Masalah yang dituturkan Bapak Toni ialah penggunaan pupuk non subsidi membutuhkan biaya yang besar. Harga pupuk anorganik non subsidi yang dibutuhkan untuk per patok lahan adalah Rp 350.000. Hal tersebut cukup memberatkan para petani. Sedangkan masalah lain yakni pupuk anorganik subsidi sulit untuk didapatkan. Bapak Toni menuturkan bahwa pembelian pupuk anorganik subsidi harus menggunakan kartu tani yang didapat melalui kelompok tani setempat dan petani dijatah untuk pembeliannya yakni per 1400 m persegi mendapatkan 1 sak pupuk anorganik subsidi.

Untuk solusi permasalahan di atas, saat di lahan saya sempat menanyakan mengapa tidak menggunakan pupuk organik saja tanpa penambahan pupuk anorganik. Bapak Toni menuturkan bahwa bila menggunakan pupuk organik saja pertumbuhan kurang pesat dan hasil panen tidak sebanyak bila menggunakan pupuk kimia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dewanto et al, (2017) yang menyatakan bahwa hasil pemupukan campuran antara anorganik dan organik memiliki hasil lebih tinggi lalu disusul dengan pupuk anorganik dan terakhir pupuk organik.

Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan mahalnya pupuk anorganik ialah menggunakan sampah-sampah rumah tangga dijadikan pupuk organik cair menggunakan sistem ember tumpuk. Pembuatan POC dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah pasar dan limbah rumah tangga. Limbah – limbah tersebut, antara lain jerami, daun, sekam padi, ampas tebu, sampah sayuran, dan sebagainya. Penggunaan POC dapat mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas panen. Pemakaian pupuk organik secara kontiniu dan berkesinambungan dapat memperbaiki unsur fisik, kimia dan biologi tanah (Zulfida, 2020).

 Daftar Pustaka

 

Dewanto, F. G., Londok, J. J., Tuturoong, R. A., & Kaunang, W. B. (2017). PENGARUH PEMUPUKAN ANORGANIK DAN ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER PAKAN. Zootec32(5).

Wijayatmoko, Suhargo. 2019. Budidaya Tanpa Olah Tanah. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/70665/Budidaya-Jagung-Tanpa-Olah-Tanah-tot/. Diakses pada 2 Desember 2020

Zulfida, I. 2020. Pembuatan pupuk organik cair (POC) dan pengaplikasian pada tanaman kangkung balai penyuluhan pertanian (BPP) Berohol Serdang Bedagai. Focus Agroteknologi UPMI 1(1): 33-42.


Borang Pengamatan Acara 5









Comments

Popular posts from this blog

Review novel: Norwegian Wood, Cerita hidup dan mati

Uji Kesuburan Tanah Dengan Mewawancarai Petani

Membuat Kompos Metode Anaerob