Cerita Melewati Jalur Alternatif Blitar—Malang yang Jangan Sampe Terulang Lagi

 

Blitar sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang terkenal sebagai kota lahirnya Presiden Pertama RI, Pak Soekarno. Malang, sering disebut kota apel karena ya memang banyak apelnya. Dua daerah di Jawa Timur yang kerap jadi tujuan wisata dan memiliki daya tarik wisatanya masing-masing. Jarak antara Kota Blitar dan Malang ini sekitar 70Km dan waktu tempuh sekitar 2,5 jam naik mobil atau motor, kalo naik buroq bakal beda lagi.


Gambar 1. Jarak dan durasi tempuh Blitar—Malang

Januari 2021 aku dan 2 orang teman melaksanakan kerja lapangan di Kebun Kopi Karanganjar, Blitar (letaknya persis di maps). Seperti pekerja pada umumnya, kita mendapatkan jatah libur 1 kali seminggu, sebagai manusia aktif dan suka jalan-jalan, jelas jatah hari libur itu kita  akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk jalan-jalan, eksplor Jawa Timur. Aku dan 2 orang temanku memutuskan untuk liburan ke Batu, Malang, selain jalan-jalan kami juga akan ketemu beberapa teman kuliah yang kerja lapangan disan, lumayan juga bisa dapet tempat nginap gratis.

Perjalanan dari blitar ke malang ini seru bangettt, saking serunya mungkin memori ini bakal bertengger di kepala untuk beberpa tahun kedepan. Aku dan 2 orang temanku berangkat dari Penataran, Blitar jam 4 atau sekitar setengah 5 sore, setelah pulang kerja, solat dan siap-siap. Cuaca saat itu emang lagi mendung, awan kelabu udah ga tahan mau meluruhkan diri jadi hujan. Kita lewat jalan alternatif Blitar-Ngantang yang (menurut maps, di gambar) lebih dekat, awal berangkat jalan masih oke banget, lurus, mulus, rame, langit belum gelap, tapi udah mulai gerimis. Deru motor terus berjalan, mulai ada jalan berbatu naik turun, gerimis rintik-rintik mulai berubah menjadi guyuran hujan deras, dan langit senja pun mulai enggan menyapa berubah menjadi gelap marah tanpa ampun. Beruntung masih ada temaram cahaya lampu rumah warga di kanan kiri jalan yang masih setia menemani perjalanan kita. Maghrib tiba, kita solat maghrib dulu dong lha wong anak soleh solihah. Nah, kebetulan di masjid yang kita datangi ada gerobaknasi goreng dan bapak penjualnya, pesanlah kita, abis solat lalu makan nasi goreng, Alhamdulillah hati tenang, perut kenyang. Eh tapi tunggu dulu, perjalanan masih sangatt panjang Bung, ini kita belum setengah jalan sampe ke Batu dan mimpi buruk sesaat dimulai setelah ini. Kita melanjutkan perjalanan, beberapa menit kemudian, hujan turun semakin lebat, kita menepi dan pakai mantel dengan proper, lalu kita melanjutkan perjalanan dan beberapa menit kemudian, rumah-rumah penduduk itu seperti habis, tak lagi nampak yang tersisa hanyalah hutan-hutan gelap di kanan kiri, jalan mulus pun tak lagi nampak, yang tersisa hanya jalan naik turun penuh lubang dengan kubangan air disana-sini. Satu-satunya sumber cahaya hanyalah sorot lampu motor. 2 menit, 5 menit, 10 menit, kok jalannya begini terus, kok ga habis-habis. Mengendarai motor di tengan kegelapan, diguyur hujan, dan jalan berliku. Dalam keadaan seperti itu, kepala ini udah ga lagi bisa berfikir positif yang menyenangkan, membayangkan bagaimana jika ada begal di tengah jalan yang menyandra motor dan barang-barang, bagaimana jika jalan yang dilewati ini salah lalu kita berakhir di tengah hutan tanpa sinyal, bagaimana jika kita bertiga masuk kedalam portal dunia lain dan berakhir menjadi hantu penjaga hutan inii. Hadeh hadeh hadeh, Cuma bisa berdoa buat menepis pikiran-pikiran negatif. Sisi positifnya perjalanan ini membuat kita semua beribadah, lha wong ning dalan mung maca salawat tok isine. Setelah hampir satu jam menyusuri jalan yang berat itu, mulailah jalannya agak mulus, mualilah ada satu dua rumah penduduk, mulailah berkurang beban mental ketakutan kami. Mulai sampailah kita di kasembon, walaupun hujan masih mengguyur dan jalanan Ngantang—Batu juga ga semuanya terang benderang, tapi setidaknya kami bisa sedikit legaa. Karena derasnya hujan, kami berhenti di masjid buat menghangatkan diri dan dinginnya sikapmu udara malam disertai guyuran hujan. Lanjut lagi perjalanan, dan sampailah kita di kontrakan teman-teman yang dituju. Alhamdulillah selamat, sehat wal afiyat.

Pesan untuk teman-teman yang suka damai, suka keselamatan dan akan melakukan perjalanan Blitar—Malang di malam hari, saran saya mending lewat jalan utama ajaa dah, ga usah ngide lewat jalur alternatif yang gelap tanpa penerangan. Toh, selisih durasi tempuhnya juga ga banyak-banyak amat. Sekian cerita saya, terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Review novel: Norwegian Wood, Cerita hidup dan mati

Uji Kesuburan Tanah Dengan Mewawancarai Petani

Membuat Kompos Metode Anaerob